Noorhalis Majid : "Sportivitas Porprov Yang Makin Langka" - Warta Global Kalsel

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Berita Update Terbaru

logoblog

Noorhalis Majid : "Sportivitas Porprov Yang Makin Langka"

Monday, 15 September 2025

(Ambin Demokrasi)
Banjarmasin, Warta Global Kalsel 

Porprov XII Kalimantan Selatan (Kalsel) 2025 diselenggarakan di Kabupaten Tanah Laut, November 2025. Merupakan ajang olahraga terbesar di Kalimantan Selatan, mempertandingkan 55 Cabang Olahraga, meningkat dari sebelumnya, dan akan dimulai pada sekitar akhir Oktober serta ditutup10 November 2025.

Apa yang paling penting dan mendasar dari penyelenggaraan suatu ajang olahraga? Tentu saja sportivitas. Tanpa sportivitas, segala prestasi menjadi percuma, tidak penting dan bahkan bukan jadi suatu kebanggaan, sebaliknya justru tindakan memalukan, mencoreng olah raga itu sendiri.  

Hanya saja, sportivitas bertarung dengan segala macam kepentingan, termasuk nafsu dan ambisi. Sehingga sudi menghalalkan segala cara, agar tercapai walau tanpa disertai kehormatan. Akhirnya, sportivitas semakin langka, semakin jauh dari ajang olah raga yang sejatinya menempatkannya sebagai Mahkota. 

Apa saja bentuk tindakan yang membungkam sportivitas tersebut? Tentu saja sangat banyak dan celakanya sudah dianggap lazim. Bukankah Porprov merupakan ajang pembuktian tentang keseriusan Pemerintah Daerah dalam melakukan pembinaan para Atlet agar berprestasi? Lantas kenapa harus membeli – mentransfer Atlet dari Daerah lain dan mau memalsukan identitas diri Atlet sehingga dianggap berdomisili pada Daerah yang diwakilinya? Begitulah cara instan dalam membina Atlet, yaitu membeli Atlet dari Daerah lain agar memberikan prestasi pada Daerah yang diwakilinya. 

Terjadi jual beli Pemain, Pengurus Organisasi olah raga sibuk mencari Atlet berprestasi untuk dirayu mewakili Daerahnya. Bahkan pembelian Atlet, hingga keluar wilayah Provinsi, yang menyebabkan Porprov itu menjadi ajang kepalsuan, karena sudah tidak lagi berorientasi pada pembinaan Atlet-atlet lokal. Bahkan berani menjanjikan bonus lebih mahal dari Daerah lain. 

Begitu juga dengan Tuan Rumah, sibuk kasak kusuk melakukan berbagai skenario agar bisa menjadi Juara Umum. Tujuannya ingin memuaskan Sang Pemimpin Daerah, karena dianggap berprestasi membina olah raga, padahal isinya kepalsuan. Bahkan tanpa malu Tuan Rumah mematok peroleh medali emas untuk suatu Cabang Olah raga, bila tidak memberikan sejumlah jatah perolehan medali untuk Tuan Rumah, cabang tersebut bisa saja batal dipertandingkan. Akhirnya, semua bentuk pertandingan yang bersifat subyektif, yang kemenangannya ditentukan oleh Wasit atau Juri, dimenangkan untuk menjadi jatah Tuan Rumah.

Berbagai bentuk kecurangan lainnya, yang membunuh semangat sportivitas. Olah raga akhirnya tidak ubahnya seperti perhelatan politik, didalamnya sarat kepalsuan dan permainan curang. Tentu saja ada Para Penjaga Sportivitas, namun jumlahnya marjinal dan seringkali diledek, dianggap munafik. 

Lahan subur kecurangan, diperparah oleh rendahnya perhatian dan pembinaan Pemerintah Daerah. Bahkan, ada Daerah yang hingga perhelatan Porprov sudah di depan mata, belum juga turun anggaran untuk biaya pemusatan pelatihan. 

Rendahnya perhatian Pemerintah, membuat atlit kehilangan harapan dan semangat. Tampil ala kadarnya dan tentu saja sulit bertarung menghadapi Atlet bayaran yang didatangkan dari berbagai tempat, sekedar meraih janji cuan, ngotot menang menghalalkan segala cara. 

KALI DIBACA