Mahasiswa UNUKASE Teliti Etnomatematika Dalam Arsitektur dan Tradisi Masyarakat Banjar - Warta Global Kalsel

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Berita Update Terbaru

logoblog

Mahasiswa UNUKASE Teliti Etnomatematika Dalam Arsitektur dan Tradisi Masyarakat Banjar

Friday, 4 July 2025

Banjarmasin, 4 Juli 2025, Warta Global Kalsel - Masjid Tughfaturraghibin atau yang lebih dikenal sebagai  “Masjid Kanas”, yang terletak di Kawasan Alalak Tengah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, menjadi sorotan dalam sebuah penelitian etnomatematika yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE). 


Penelitian ini menggali sisi tersembunyi dari Masjid bersejarah tersebut, menyingkap nilai-nilai matematika yang tertanam dalam budaya dan arsitektur lokal.


Masjid Kanas merupakan salah satu Tempat Ibadah tertua di Banjarmasin yang menyimpan warisan peradaban Islam sekaligus nilai-nilai adat masyarakat Banjar.

Namun, dibalik arsitekturnya yang klasik, ditemukan pola-pola matematika yang menarik, mulai dari simetri bangunan, bentuk geometri dalam ukiran kayu, hingga konsep numerik dalam struktur ruang dan ritus keagamaan.

Salah Satu Peneliti, Selvi, Mahasiswa UNUKASE, menjelaskan, elemen visual seperti bentuk “kanas” (nanas) di atap kubah Masjid menjadi titik awal yang menarik.

“Bentuk Kanas itu bukan sekadar ornamen. Ia memiliki unsur geometris lengkung yang khas dan bisa ditafsirkan sebagai simbol pembersihan diri. Ini menunjukkan keterpaduan antara estetika, filosofi, dan matematika dalam satu wujud budaya,” ungkapnya.

Penelitian ini juga mencatat, Masyarakat sekitar memiliki kearifan lokal dalam membaca ruang dan waktu. 

Lokasi Masjid yang berada di titik temu Anak-anak Sungai menuju Sungai Barito dinilai sebagai bentuk pemahaman tata ruang dan geografi yang akurat. 

Tidak hanya itu, pada salah satu tiang Masjid terukir tulisan Arab yang menyebutkan tanggal pendiriannya:  "Hari Ahad, 11 Muharram 1347 Sanah".

Masyarakat setempat dapat membaca dan memahami penanggalan ini, membuktikan numerasi dan kalender Hijriyah telah menjadi bagian dari kehidupan Mereka jauh sebelum era digital.

Ketua Ta’mir Masjid Kanas, Ustadz Muhammad Lutfi, menyambut baik adanya penelitian ini.

 “Anak-anak Muda Kita harus lebih sering menggali nilai-nilai lokal seperti ini. Karena dalam sejarah dan simbol-simbol itu tersimpan ilmu yang sangat berharga, meski tak tertulis dalam buku,” ujarnya.

Lutfi menjelaskan makna filosofis dari simbol kanas di atap masjid. 

“Seperti Nanas yang bisa membersihkan karat pada besi, orang yang datang ke Masjid ini diharapkan hatinya juga ikut bersih. Inilah nilai spiritual yang Kami jaga,” pungkasnya.

Rencananya, hasil penelitian ini akan dipresentasikan dalam Forum Diskusi Akademik serta dikembangkan menjadi Media Pembelajaran Matematika Kontekstual berbasis budaya lokal Kalimantan Selatan.

Melalui pendekatan etnomatematika, Masjid Kanas tidak hanya dipandang sebagai Tempat Ibadah, tetapi juga sebagai sumber ilmu dan identitas Budaya Banjar yang patut dijaga dan dikembangkan.

Penelitian ini menjadi bukti, warisan budaya lokal memiliki potensi besar sebagai laboratorium ilmu pengetahuan yang hidup, bermakna, dan relevan dengan pembelajaran modern. (Humas UNUKASE/mpd)

KALI DIBACA